–––– ––– –– – –––– ––– –––– –––– –––– –– –– ––– –––– ––– – –– ––– ––– ––
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Mimik wajah Wibby pengunjung Kafe Dijkstra Kota Lama Semarang tiba-tiba tergemap selepas diberitahu bahwa roti yang sedang dikunyahnya adalah roti isi tempe.
Ia mengira roti berukuran sekepal tangannya itu adalah roti isi daging.
"Saya kira roti isi daging, ternyata tempe," ujar pria asal Salatiga ini kepada Tribun, Sabtu (9/12/2023).
Wibby mengaku, pengalaman makan roti isi tempe baru dirasakan di Kafe Dijkstra, Taman Sri Gunting, Kota Lama Semarang.
Sepengetahuannya, roti dengan isian unik ini jarang didapatkan.
"Kesan baru sekali mencoba enak dan unik, rasanya lembut," paparnya.
Kru kitchen Kafe Dijkstra, Kayla Aurity mengatakan, roti isi tempe memiliki tekstur seperti daging sapi dengan lapisan roti yang lembut.
"Roti isi tempe memang jarang, kalau tidak salah sepertinya baru pertama di Semarang," tuturnya.
Pengelola kafe Dijkstra Harris menjelaskan, roti isi tempe di kafenya diolah di Bogor lalu dikirim ke Semarang.
Roti ini dibuat oleh satu orang kawannya yang menggeluti dunia roti.
"Ada satu kawan pengrajin roti mengolah tempe jadi isian roti. Kami semangati supaya ada bahan-bahan lokal yang dimasukan ke roti. Ide out of the box ini kami gali 2 minggu akhirnya berhasil," tuturnya.
Menurutnya, proses pembuatan roti isi tempe kesulitannya hanya saat mematikan proses fermentasi tempe ketika diberikan ragi.
Roti ini dapat bertahan selama dua minggu sejauh disimpan dengan baik dan benar.
Sedangkan harganya juga cukup terjangkau Rp 7 ribu perbungkus.
Sepanjang perjalanan menuju Semarang, aku sibuk mencari kedai kopi yang lokasinya tak jauh dari Stasiun Tawang. Nantinya aku ingin mengubah sedikit materi sembari menunggu waktu jadwal kereta api berangkat pukul 22.45 WIB.
Pilihanku jatuh di Dolkopi Semarang, sebuah kedai kopi yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang. Berbegas kupesan transportasi daring karena gerimis mulai mengguyur Semarang. jalanan sedikit tersendat di titik-titik tertentu.
Kota Lama Semarang bersolek. Tahun 2018 aku pernah menyusuri sudut yang belum tertata rapi. Kini, semuanya berubah makin cantik. Kota Lama Semarang menjadi salah satu destinasi tujuan para pelancong, khususnya wisatawan lokal.
Tulisan Dolkopi bersama logonya terpampang. Pun sebuah imbauan tiap pengunjung yang menikmati waktu di kedai kopi. Imbauan ini bagian dari pihak kedai kopi untuk mengedukasi pengunjung agar tetap menjaga jarak serta meminimalir penggunaan uang tunai dalam bertransaksi.
Dolkopi Kota Lama mulai ramai pengunjung. Di seberangnya ada kafe besar yang cukup terkenal, pun di sisinya juga ada salah satu kedai yang baru buka. Sementara itu, Dolkopi sudah ada di sini sejak tahun 2018. Artinya, kedai kopi ini sudah lumayan lama di Kawasan Kota Lama Semarang.
Sore ini pengunjung Dolkopi cukup ramai. Area tertutup dan tempat luar kedai kopi sudah dipenuhi pengunjung. Kulirik salah satu tempat duduk yang masih kosong, segera kutaruh ransel di kursi. Lantas turut mengantre pesanan.
“Bisa bayar pakai pindai kode batang?” Tanyaku sebelum memesan.
Barista yang melayaniku mengangguk. Setelahnya, mataku sudah fokus pada menu makanan berat. Kupilih makanan berat satu porsi, lalu menambahkan minuman Vietnam Drip. Selain itu, aku juga meminta minuman air mineral.
Tiga pesanan sudah kupilih, kubayar menggunakan pindai kode batang, lantas menunggu. Sembari menunggu waktu makan sore, aku membuka laptop, mengakses jaringan internet yang kata sandinya tertera di meja, selanjutnya merevisi materi untuk agenda di
Ada banyak pilihan makanan dan minuman yang ditawarkan Dolkopi Kota Lama. Berbagai manakan berat harganya sekitar 25.000 rupiah. Untuk minumannya juga beragam. Seingatku, Vietnam Drip panas yang kupesan harganya 18.000 rupiah. Harga ya menurutku masih bisa diterima, karena lokasinya di pusat kota.
Satu persatu pesananku tiba. Dimulai dari minuman air mineral hingga Vietnam Drip. Kemudian makanan berat. Untuk sementara waktu kuhentikan pekerjaan di laptop, kusantap makanan yang tersedia. Sedari tadi perut memang sudah lapar.
Tanpa waktu yang lama, makanan berat sudah tandas. Lumayan kurekomendasikan kalian yang ingin menikmati santap siang di tengah pusat Kota Lama untuk makan di Dolkopi Kota Lama Semarang. Rasanya cukup pas di lidah dan harganya terjangkau.
Piring kotor kuantar ke meja barista, seperti kebiasaanku jika memang kenal dengan beberapa barista di kedai kopi waktu di Jogja. Sembari mengembalikan piring kotor, aku meminta lagi menu kentang goreng. Cemilan yang bisa kupilih sambil mengedit materi.
Mungkin dari sebanyak pengunjung yang datang dan pergi, aku menjadi pengunjung kedai paling lama. Sejak sore hingga pukul 20.30 WIB. Dolkopi Kota Lama Semarang banyak dikunjungi orang-orang remaja. Mereka bersantai sambil menyesap es kopi selepas berjalan-jalan.
Salah satu yang menarik perhatianku adalah tiga orang remaja. Sedari tadi mereka sibuk membuat konten menggunakan gawai. Sedikit kucuri suara obrolan, skenario yang dibuat adalah proses wawancara di salah satu perusahaan. Aku tersenyum mendengar obrolannya.
“Mas, maaf ya kalau mengganggu aktivitasnya,” Ujar salah satu dari tiga remaja ke arahku.
Aku tersenyum sambil mempersilakan. Toh tidak menggangguku, dan mereka juga sudah izin ke barista yang berjaga. Sewaktu senggang, aku memotret sudut-sudut Dolkopi Kota Lama. Sebelumnya, aku sudah meminta izin untuk memotret.
Iseng kubuka Instagram, lantas mencari akun Dolkopi. Kedai kopi ini buka di beberapa tempat, khususnya di Semarang. Kota Lama, Pringgading, Tembalang, Jalan Supriyadi, serta di Jalan Imam Bonjol. Dolkopi sendiri kepanjangan dari kata Dodolan Kopi.
Tidak banyak waktu menjelajah sudut ruangan, aku hanya memotret secukupnya. Pengunjung makin ramai, takutnya malah mengganggu aktivitas para pengunjung. Area luar kedai kopi tak luas, tapi cukup untuk para pecinta outdoor.
Kembali aku larut dalam aktivitas, mendadak ada materi tempat kerja yang harus kuunggah. Kumanfaatkan jaringan internet yang tersedia, mengunggahnya hingga selesai. Setelah itu, laptop kumatikan. Kusesap minuman yang sudah dingin.
Tempat ini pengunjungnya beragam. Mulai dari rombongan remaja, muda-mudi, hingga orang-orang yang fokus bekerja ataupun mengerjakan tugas daring. Stop kontak pun tersedia banyak, serta suasana cukup mendukung untuk bersantai.
Kukemasi barang bawaan, memastikan tidak ada yang tertinggal. Waktunya meninggalkan Dolkopi. Kuucapkan terima kasih pada barista yang berjaga, lantas kulangkahkan kaki menuju Stasiun Kereta Api Tawang, Semarang.
Untuk kalian yang berlibur di Kota Lama Semarang, mungkin bisa sekadar singgah dan mengopi di Dolkopi. Pelayanannya ramah serta menu makanan dan minuman cukup beragam. Salah satu yang paling penting tentunya harga tertera jelas dan cukup terjangkau.
Dolkopi menjadi salah satu kedai kopi yang masih bertahan di tengah pusat keramaian Kota Lama Semarang. Semoga, kedai kopi ini tetap eksis meski makin banyak kafe yang berdiri di sekitarnya. Siapa tahu nantinya aku bisa berkunjung lagi di kedai kopi ini untuk sekadar menyesap minuman, atau malah bertegur sapa dengan baristanya. *Semarang, 15 Desember 2021.